Pak Apong Arfiansyah, dari mulai Bajaj, Bebek Gubeng hingga Minerva

1 06 2010

Wah…berita yang tersebutkan di artikel bro Edo cukup mengejutkan ane sebagai salah satu bike enthusiast Bajaj. Pak Apong Arfiansyah yang sejak tahun 2006 sampai 2008 bergabung di PT. Bajaj Auto Indonesia (BAI), ATPM Bajaj ternyata telah mengubah haluannya. Ini jelas mengejutkan..apa sebab?

Pak Apong Arfiansyah dan Ananda tercintanya

Tahun 2008, Pak Apong mengumumkan pengunduran dirinya dari BAI, dan beberapa bulan berikutnya Pak Apong mengundang beberapa kawan dari Pulsarian Community untuk menghadiri pembukaan restoran barunya di wilayah Depok, kalau gak salah namanya Bebek Gubeng.

Bebek Gubeng Pak Apong

Namun sayang karena keterbatasan waktu, kami tidak sempat memenuhi undangan tersebut dan hanya menduga bahwa Pak Apong sudah bosan bekerja sebagai employee dan ingin berwirausaha dengan buka restoran Bebek..yang pastinya lebih oke dari motor bebek.

Pak Apong - Pak Sanghong - Budjel (BAI)

Sekarang rupanya Pak Apong telah bergabung sebagai GM Sales and Marketing di bawah komando Pak Kristianto Gunadi dari PT Minerva Motor Indonesia (MMI) dengan lini produk seperti Minerva Migelli 250 dan 150VX pastinya untuk membesarkan brand motor tersebut. Bisa jadi Pak Kristianto Gunadi merekrut Pak Apong karena Pak Apong sukses mengangkat derajat, martabat dan image Bajaj lepas dari kendaraan roda tiga yang lamban, berisik dan berasap tebal menjadi motor gagah yang pas untuk komuter di perkotaan.

Sementara hal yang menurut ane diperlukan dari brand Minerva adalah memperbaiki image motor cina yang dianggap minim kualitas, plagiat merk terkenal, cepat rusak dan layanan 3S yang buruk.

Menarik untuk dicermati bahwa jabatan Pak Apong sebelumnya di BAI adalah Brand Manager. Bisa dibilang ia cukup sukses menghentak pasaran motor Indonesia dengan Bajaj Pulsar. Setelah brand image ia rasa stabil, kemudian ia resign sejenak untuk berwirausaha.

Sempat tersiar gosip bahwa sebelum bergabung di BAI ia sempat bergabung di AHM, benarkah ini? Yah..biar Pak Apong saja yang jawab yah!

Sekarang, selamat membesarkan nama MMI yah pak, jika jadi MMI memasukkan motor 650cc nya ane harus coba nih. Tugas besar menanti Pak Apong untuk membesarkan nama MMI. Setelah itu apa lagi? Hanya Pak Apong yang tahu. Selamat bertugas Pak Apong!

sumber foto: googling, facebook Pak Apong





Siaran Pers RSA – Pencabutan BBM Bersubsidi Untuk Sepeda Motor

1 06 2010

Motor Isi Bensin

RSA: Pemerintah Otoriter

JAKARTA, 28 Mei 2010 – Rencana pemerintah melarang sepeda motor memakai bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, premium, adalah keputusan sepihak yang merugikan mayoritas masyarakat pengguna sepeda motor. Di tengah kerumitan dan karut-marutnya sarana transportasi massal di daerah perkotaan, yang disebabkan karena tidak layaknya kondisi angkutan umum, kebijakan tersebut mencerminkan sikap otoriter pemerintah yang enggan mencari solusi dan hanya mengambil jalan pintas tercepat yang tidak tepat.

“Kebijakan tersebut mencerminkan pemerintah yang otoriter, seharusnya pemerintah mau menyerap aspirasi dan melibatkan masyarakat sebelum mengeluarkan kebijakan,” tutur Rio Octaviano, ketua Road Safety Association (RSA), di Jakarta, Jumat (28/5).

Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM Evita Herawati Legowo, Rabu (26/5/2010), mengatakan, “Kita sudah bicara dengan AISI, kelihatannya sepeda motor tidak dapat (BBM bersubsidi).”

Dia juga menuturkan, mekanisme penerapan pembatasan konsumsi BBM bersubsidi akan diputuskan akhir Juni 2010. Rencananya, pembatasan tersebut akan mulai diterapkan pada Agustus 2010

Fakta saat ini, mayoritas transportasi umum massal belum sepenuhnya aman, nyaman, dan terjangkau masyarakat. Buntutnya, masyarakat berinisiatif memilih sepeda motor sebagai sarana mencari nafkah sehari-hari. Padahal di negara-negara maju, sepeda motor adalah kendaraan rekreasi dengan izin berkendara yang proses kepemilikannya tidak mudah.

“Pemerintah tidak bijaksana dengan serta-merta ‘menghukum’ masyarakat yang berinisiatif membeli sepeda motor karena transportasi massal yang tidak layak. Pemerintah harus menyelesaikan pekerjaan rumahnya,” tukas Rio.

Dia menambahkan, saat ini, jika rata-rata pengguna sepeda motor menggunakan BBM premium sebanyak 6 liter per minggu, berarti pengeluarannya mencapai Rp 27.000, namun jika harus beralih ke BBM non subsidi yakni Pertamax, pengeluaran per minggunya menjadi Rp 41.700. “Itu sama dengan terjadi kenaikan biaya bahan bakar sekitar 54,4%,” tegas Rio lagi. Hal itu, tuturnya, akan memberatkan masyarakat bahkan bisa kian memiskinkan masyarakat. Data RSA menyebutkan populasi sepeda motor saat ini sekitar 60 juta unit, sedangkan mobil mencapai sekitar 10 juta unit.

RSA mendesak agar pemerintah fokus mencari solusi pekerjaan rumahnya yang terbengkalai yaitu meningkatkan kualitas transportasi umum massal yang aman, nyaman, dan terjangkau. “Memiliki akses dan biaya yang terjangkau,” papar Rio.

Menurut Rio, perwujudan sistem transportasi yang seperti itu saat ini sudah amat mendesak. “Transportasi yang demikian juga akan berdampak kepada kian menurunnya jumlah korban kecelakaan lalu lintas jalan yang saat ini sudah menelan lebih dari 218 ribu korba jiwa,” tambah Edo Rusyanto, ketua Litbang RSA.

Tentang RSA

RSA adalah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berdiri pada 15 Desember 2007. semula RSA bernama Forum Safety Riding Jakarta (FSRJ) yang beranggotakan lebih dari 70 kelompok sepeda motor di Jakarta.

Aktivitas RSA fokus pada penyebarluasan pentingnya berkendara yang aman, nyaman, dan selamat dengan mengutamakan ketaatan pada aturan, berperilaku santun saat berkendara, dan berketerampilan yang memadai.








%d blogger menyukai ini: