
Si Mbok Penjual Pecel
Seperti ane pernah tuliskan pada artikel sebelumnya mengenai si mbok tukang pecel yang sering lewat di depan rumah ane, hari ini ane mendapatkan kesempatan untuk kembali mencicipi pecel racikannya.
Si mbok ini ane ingat benar, sudah sejak ane SD sampai sekarang tetap berjualan pecel dengan setia. Konsistensi dan keteguhan hati yang luar biasa.
Sudah lama sebenarnya ane menyisihkan niat untuk sedikit membantu si mbok ini.. Namun sejauh yang ane kenal, Si Mbok Pecel orangnya pekewuhan dan terkadang pantang menerima pemberian orang lain. Sebagai penikmat pecelnya sejak kecil, ane dan ibu ane terkadang sedih ketika harus mendengar cerita bahwa ia harus membuang dagangannya ke kali karena tak laku.. 😦
So, siang ini kembali terdengar suaranya yang khas dan tak pernah berubah dalam 20 tahun terakhir…’Ceeeeelll..Peceeeeelll…Yuuuuuu….” Dan ane panggillah ia untuk mampir. Yah..kesempatan makan pecel racikannya kini hanya mampu ane rasakan seminggu sekali. Kesibukan pekerjaan telah mengambil waktu ane.
Selagi meracik pecel ane ajak ngobrol si Mbok..gimana kalau seandainya ganti pekerjaan selain jualan pecel..Dia bilang sanggup-sanggup saja, tapi ya sampai hari ini nafkahnya terpenuhi hanya dari berjualan pecel saja. Oalah…mesakke tenan..Well, inginnya sih, melihat konsistensinya selama 20 tahun terakhir, ane ingin ia menjadi pembantu rumah tangga. Ia tahu seperti apa ane waktu masih kecil dan ane lihat ia cukup jujur. Waktu ane utarakan niat itu, ia malah bilang “saya pikir-pikir dulu deh mas..”
Sepiring pecel, sepiring jenang sumsum, sepiring gorengan dan seplastik rempeyek sudah selesai diracik..Sebagai balasannya ane lebihkan uangnya sekian rupiah. Hingga kini hanya inilah yang ane bisa lakukan untuk membantunya.
Tentunya dalam urusan tolong-menolong sesama, tak perlu menunggu hingga kita mampu memiliki tanah seperti yang dikisahkan Mas Triatmono dalam artikelnya. Sesungguhnya begitu banyak orang di sekitar kita yang membutuhkan uluran tangan semampunya kita..tak perlu melihat jauh deh. Sesungguhnya sekecil apapun rezeki kita, terdapat “jatah” amal dalam harta kita bagi orang lain yang membutuhkan. Tak perlu menunggu bulan Ramadhan untuk mengeluarkannya.
Tanpa bermaksud riya, ane menyadari bahwa dalam beramal, tentunya “persaingan” tetap harus ada, Jadi, mari kita berlomba-lomba dengan Mas Triatmono dalam beramal bagi sesama. Jangan lihat jumlahnya. Tapi lihat niat dan pelaksanaannya.
Semoga Allah SWT meridhoi dan melancarkan niat amalan kita. Amin.
semoga amalan ibadah kita dilakukan dengan ikhlas dan diterima Allah SWT…amiinnnn…
Alhamdulillah…. Insya Allah jika kita mensyukuri nikmat yang Gusti Allah berikan… niscaya akan ditambah oleh-Nya.
Latihan selanjutnya adalah konsistensi… terus-menerus dengan selalu melihat kebawah… untuk ingat akan nikmat yang diberikanNya… dan menatap kedepan untuk berusaha lebih baik lagiii… 😀
InsyaAllah ini tabungan akhirat mas.. Insyaallah berkah..
bnr kata mas.. dalam setiap rizki yang diberikan Allah, tersimpan hak mereka yang membutuhkan..
http://motorbiru.wordpress.com
saya belajar Zakat 2,5% dari Harta malah dari seorang Chinese yang beragama Kong HU Cu. Beliau selalu menyisihkan rejekinya untuk beramal walau sedikit. Ya tak selalu harus 2,5%, namun selalu ada yang disisihkan untuk membantu sesama. Kasian juga melihat betapa kerasnya perjuangan seorang yang mencari nafkah secara halal. dan kita yang diberi kelebihan, baiknya membantu.
Semoga niat baik mas Benny, mas Tri dan teman2 lain mendapat balasan yang setimpal dari Allah.
Niat mulia yg sudah dicatat kebaikannya…!!!
Saran ane boss Ben, mending dikasih fasilitas dalam usahanya. Karena core bisnisnya si Mbok adalah pecel gendong, lebih baik jika tawaran dr masBenn adalah sarana transportasi, kan kasihan kalo jualan selama puluhan tahun dengan jalan kaki. Misalnya dengan gerobag dorong, tentu bisa bawa pecel lebih banyak, dengan tambahan menu lebih variatif.
Gw konsisten sm yg gw bilang diwarung sebelah. Cm agaknya juragannya kurang berkenan. Ya sudah toh ya cuma mengingatkan atau mungkin juragannya punya pengertian yg lebih dalam otwt.
Kalo menurut gw, Ada baiknya amalan kita ga perlu show up. Mungkin tujuan kita bagus biar jadi teladan. But, kadang2 secara kaga sengaja malah jd terlihat pamer. Ini loh gw. Ada baiknya amalan diajarkan dlm bentuk ilustrasi tanpa menunjukkan eksistensi kita. Biarlah eksistensi kita hanya Gusti Allah yg tahu n memberikan balasan. Yah mungkin masing2 orang beda pengertian. Gw tetep menghargai apa yg bro beny lakukan. Cm sharing aja. Imho…
Mbeeek… 🙂
kalo diperhatikan pecelnya maknyuss tu ,mmmm ..
Mari berlomba-lomba mencari kebaikan akhirat,,,
saya jg sering berbuat baik dg ikhlas. Tp krn bukan blogger jd keikhlasan itu saya buat status di facebook saja
@K*mb*ng kelonan croo**ttt
Ane setuju pendapat ente 1000%, yg dicari adalah tangan kanan beramal tangan kiri tidak tahu….
Hati2… UZUB… RIYA…
itulah hidup…kita harus saling tol-menol
kadang diatas..kadang dibawah
jangan merendahkan atau meninggikan orla….
beramal, gak harus diliatin , , , , ,
Riya bisa hapus amal kita yang sudah ikhlas. . . eman ne. . . . .
enagnya, mantatap, eh, maunya kang benny mau njadiin dia pembantu, kesenengan elo, makan pecel enag, wkwkw