
driving euy..
Tiga hari kemarin, blog off dulu..soale yang punya blog lagi travelling keluar kota untuk memenuhi undangan pernikahan saudara dekat pada hari Minggu di Semarang, sebenarnya Semarang bukan sebuah kota yang asing..cuma kali ini ditempuh dengan moda transportasi yang berbeda. Karena agenda yang sudah terjadwal inilah ane harus membatalkan ikutan acara Kombi #3 bersama oom Ari Juliano dan juga Kopdar Gabungan Asosiasi Motor Bajaj Indonesia..hiks..maap ya kawan-kawan.. 😦
Jika biasanya ane menggunakan pesawat tempur terbang dari berbagai maskapai, kereta api, hingga sepeda motor..maka kali ini ane pilih naik mobil bin nyetir sendiri.. Kalau dari yang sudah sudah, terdapat benang merah dari kedua moda transportasi yang ane sebut pertama.
Naik pesawat..hmmm..bandara Adi Sucipto Ahmad Yani di Semarang entah mengapa memiliki runway yang unik. Jika pilot pesawat yang hendak landing tidak “halus” mendaratkan pesawat, maka pesawat akan bouncing alias membal sehingga penumpang akan merasa seperti naik Kora-kora di Ancol.hehehe..
Nah, kalau naik kereta api, ane cuma punya satu kata.. “membosankan” tapi ya enjoy saja laah.. 🙂
Alasannya tentu saja nuansa alias atmosfer yang berbeda. Dengan naik mobil, maka selain bisa ajak anak-istri, rute yang ditempuh pun lebih bebas dan bisa stop n go kapan saja.
Pada acara jalan-jalan kali ini, ane “didukung” oleh software navigasi SYGIC yang ane download dari Android Market dan sukses terinstall berikut map Indonesia sebesar 368 Mb yang di download dengan cara numpang wi-fi tetangga..selanjutnya di artikel sendiri yak..
Sekilas tentang SYGIC, software satu ini sama baiknya dengan Garmin, hanya saja pada SYGIC, tersedia “lane assistance” sehingga kita bisa menentukan mau stay di lajur kanan, kiri atau tengah, tergantung dari arahan si GPS.
Ternyata setelah dilakukan routing dari Tugu Monas ke Simpang Lima, ditemukan jarak sejauh 523 km. Wedew…jauh juga ya..tapi karena penasaran kepingin long distance driving ya ane lanjut saja..
Apa saja persiapan long distance driving?
Pastinya harus ada air minum yang cukup, baju dan celana yang nyaman serta posisi duduk yang gak melelahkan. Ane sedia air botolan sebanyak 4.5 liter berikut cemilan yang tidak perlu diketahui.. :mrgreen:, lalu pakai t-shirt belel dan celana gombrang 3/4 dan sandal gunung..tak lupa ane bawa sweater in case kedinginan.
Perjalanan dimulai dengan rute Jakarta – Cikampek – Subang – Cirebon – Brebes – Tegal – Banaran – Batang – Pekalongan – Alas Roban – Kendal dan akhirnya Semarang. Melihat rute tersebut, ane langsung teringat 2 orang sahabat blogger yaitu kang Yudi Batang dan mas Iwan Banaran..
Perjalanan secara umum ramlan alias ramai lancar, meskipun saat berangkat pada Kamis dinihari lalu, ane menemui macet dari mulai Kendal hingga gerbang masuk Semarang. Total waktu tempuh menjadi 11 jam 20 menit, sudah termasuk leyeh-leyeh dan molor 1 jam di SPBU sekitar Pemalang. Padahal kalau tanpa macet bisa 9-10 jam tuh..
Testimoni selama perjalanan, waduh..lumayan melelahkan ya, bukan karena harus putar setir dan injak kopling-gas, tapi karena kebiasaan ane melakukan SEE (Search, Evaluate, Execute) jadi setiap saat ane selalu menebar pandangan, mencari sumber resiko yang mungkin membahayakan perjalanan ane..nah, proses inilah yang cukup menyita perhatian.
Sampai di Semarang, ane langsung tepar sekitar 3 jam di hotel Quest, lalu keliling Semarang dulu deeh, wisata kuliner. Ajakan jamuan makan memang tidak bisa ditolak..!
Singkat cerita ane kembali ke Jakarta, kali ini macet ditemui berkali-kali dari mulai Losari hingga mendekati Cikampek. Rupanya ada pekerjaan perbaikan badan jalan, sehingga jalur yang semula dipakai 1 arah dijadikan 2 arah. Untuk perjalanan pulang ini ane berangkat jam 17.45 selepas Maghrib dan tiba di Jakarta jam 5 Subuh pagi tadi..hmmm…mata masih lumayan sepet nih.
Endingnya gak enak bro..ketika mendekati kompleks rumah tadi pagi, terjadi antrian mobil masuk ke gang, ane boring juga..rupanya karena ngantuk berat ane tertidur sejenak dan baru terbangun ketika mobil di belakang ane membunyikan klakson panjang..wah..rupanya mobil di depan ane sudah masuk gang jauh sekali..hehehe..
Selain kejadian konyol itu, kamera ane juga menangkap beberapa foto unik di sepanjang rute perjalanan yang dijepret oleh istri yang merangkap navigator..hehe..
cemilane disinyalir : ayam goreng, nasi udul, nasi pecel..
Wah… Foto terakhir di bawah deket rumah ane… di daerah Krapyak… 100 meter ke depan terkenal dgn perempatan Suharti…
Jrakah
mantap om ben..
ketiduran gitu..xixixi
emang ga dibangunin?
😀
lhaa..sama2 tidur.. hihihihi..
lak aku wes kulino mlaku adoh numpak motor / mobil
lak pesawat, sepur / bis langkaa
Bandara Ahmad Yani kaleeeeeee…
Eh iya…xixixixi
Salah nama euy
wah asik
http://extraordinaryperson.wordpress.com/
wuahh..kagak mampirrr..suombongggg 😛
buru2 nih ling… hiks..
ah muosokkkkk??…..yaudah deh kapan2 aja kite kopdaran
http://asmarantaka.wordpress.com/2011/06/06/apakah-pabrikan-bisa-egois-dalam-menayangkan-balapan-di-tv/
jangan kapan2… ane sering ke semarang bro..
mampir ke solo sekalian
mampir ke pamulang sekalian.. eh?
om.benny! kasih link software petanya donk!
itu ada di android market bro..bisa diakses via android… coba main kemari: http://www.sygic.com/en
buat N9210, bisa ga? hihihi
mantap nih sip banget bisa jalan2
awesome bgt kisahnya…
Next pake sumber kencono?
Kayaknya beda rute deh..
dari semarang ke surabaya.. xixixi
kalo saya kok lebih suka naik kereta, yang ekonomi tapinya…..
http://kangmase.wordpress.com/2011/06/06/dasar-rokok-sialan/
Kereta ekonomi itu langganan ortuku waktu zaman dagang di pasar.
Enaknya disitu bisa mainan sama ayam n kambing..
waah kalau jauh mending bawa motor ato naek masstransport om…
ga begitu capek,,,
lu pake mobil,,,
macetnya itu looh ga bisa selapselip,,,
hehe 🙂
Ohhh…. yang jalan 1000 km++ ke Semarang yeh….
baru sekali turun via Ahmad Yani, cen ketoki track landing pendek kang! 🙄
hmmmmmm driving 523km…… wahhh kurang jauh kang! coba ke pulau dewata! sarana uji praktek Sim A banyak tersedia, mulai dari ordinary traffict hingga harus bersabar diantara buas nya truck-bus di track lintas utara jatim 😀 sampek klengerz aku ga ono sik gantiin
wis tau kang, padahal cidek dari moker ke bali.. pulang e crita ambek kancaku sing supir truk malah diketawain, jarene segitu masih enteng… 👿 glodaaaagghh…!!!
lhaaa..sama supir bis yo beda kelas thoo..
“Padahal kalau tanpa macet bisa 9-10 jam tuh..”
waaahh.. berarti lbh cpt naik motor, ya om? JKT-WNG dapet 10 jam. itu pun terbilang telat, soalnya dari lepas ungaran sampai masuk solo kena abu merapi. jarak pandang cuma 5 meter…