Entah apa yang ada di pikiran keluarga almarhumah pasca kecelakaan yang membuat Windi Mulasari harus meregang nyawa di.Jl. Jendral Sudirman, Jakarta kemarin pagi (11/8). Kejadian naas tersebut seolah mengamini pernyataan eyang Edo Rusyanto atas risetnya bahwa jumlah kecelakaan lalu lintas tertinggi adalah pada pagi dan sore hari, ketika orang berangkat dan pulang kerja.
Disebutkan di beberapa media online bahwa Windi yang mengendarai Honda Vario berada pada bagian kanan jalan, karena kaget dan ingin menghindari lubang di kanan jalan tiba-tiba ia jatuh dari motor dan dari belakang, sebuah bis langsung melindas kepala Windi hingga tewas. Pemakaian helm pun menjadi tak berguna melawan gilasan ban bis kota.
Pemberitaan pun tak urung mengangkat nama Departemen Pekerjaan Umum sebagai penyelenggara jalan. Sementara itu pernyataan dari Kepolisian menyatakan bahwa tewasnya Windi adalah murni human error, alias kesalahan Windi sebagai pengendara. Apakah benar HANYA human error penyebabnya..?
Dari sudut pandang ane tidak demikian adanya..
Terdapat porsi kesalahan yang juga harus ditanggung oleh penyelenggara jalan dan juga pengelola angkutan umum, selain porsi yang dilakukan oleh alm. Windi.
Pertama. Jl. Sudirman di depan Summitmas building itu memiliki penutup saluran air pada bagian kanan jalan dengan perbedaan ketinggian yang cukup signifikan untuk membuat pengendara motor terjeblos dan oleng pengendara. Mari kita alokasikan ketidaknyamanan ini sebagai tanggung jawab penyelenggara jalan.
Kedua. Berpindah tempat dari satu lokasi ke lokasi lain di Jakarta ini sungguh tidak nyaman. Selain populasi kendaraan pribadi yang memacetkan jalan, Naik transportasi umum, kondisi dan layanannya jauh dari layak. Ditambah lagi, berkendara disekitar angkutan umum yang sedang berjalan ternyata SANGAT BERESIKO.
Warga Jakarta sudah hampir pasti sangat geram namun sudah kepalang terbiasa melihat ulah pengemudi angkutan umum, sebut saja dari mulai mikrolet, metromini hingga bus besar PPD maupun Mayasari Bakti. Tingkah pengemudinya hampir tidak pernah peduli lalu-lintas sekitar, apalagi karena sistem setoran yang makin membuat perilaku berkendara mereka sruntulan bin ugal-ugalan.
Lihatlah nasib almarhumah Windi, sudah jatuh karena kondisi jalan yang buruk, langsung dihabisi oleh angkutan umum. Bis besar yang melindas kepala Alm. Windi seolah adalah algojo yang siap mencabut nyawa mereka yang lengah di jalan. Ini bisa terjadi mengingat bis seberat itu tidak dapat langsung berhenti ketika di rem mendadak. Nyamankah kondisi yang serba under-pressure ini untuk kota sekelas Jakarta? Lengah sedikit, algojo jalanan siap mencabut nyawa…!!
Ketiga. Alm. Windi dari kacamata ane bukan hanya sekedar korban kecelakaan lalu lintas. Pada dasarnya ia adalah sama seperti ane, ente dan sebagian besar warga Jakarta umumnya, korban kegagalan pemerintah dalam menyediakan fasilitas transportasi umum yang aman dan terjangkau bagi warganya. Ane yakin, pilihan alm. Windi memilih motor matic sebagai solusi transportasi adalah karena buruknya sistem transportasi massal.
Hal ini menyebabkan almarhumah harus membeli motor dan mendadak harus menguasai cara berkendara motor matic. Apakah ia menguasai bagaimana berkendara yang aman? Apakah pada saat ujian SIM di SAMSAT, calon pemilik SIM diajari bagaimana cara menghindari lubang dan obstacle di jalan? Apakah almarhumah tahu apa itu swerving dan sikap pengendara terhadap lubang di jalan? Ane yakin TIDAK…!!!
Kegagalan penyediaan transportasi massal telah memaksa banyak orang tiba-tiba harus mahir berkendara motor, sementara tidak ada edukasi berkendara aman yang mampu menanamkan mindset bahwa naik motor itu sangatlah beresiko. Kapanpun dan dimanapun, bahkan di rute yang setiap hari rutin dilewati.
Kini, entah apa yang terjadi sepeninggal almarhumah, tidak ternilai berapa harga yang harus dibayar oleh keluarga beliau. Berapa orang yang dimiskinkan secara moril dan materiil..? Lalu apakah hak Windi atas penggantian kewajibannya membayar pajak kendaraan dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu-Lintas dan Jalan (SWDKLLJ) – yang tertera di STNK kendaraan sebagai pengguna jalan dipenuhi oleh pemerintah..?
Ane hanya ingin mengingatkan hak pengguna jalan yang tercantum pada Undang-undang no.22 tahun 2009. Silakan dibaca di bawah ini. Jika kita peduli kepada perbaikan fasilitas umum di Jakarta, mari suarakan suara rakyat. Vox Populi, Vox Dei…!!
Last, mari kita baca dasar hukumnya.
Pasal 23
(1) Penyelenggara Jalan dalam melaksanakan preservasi Jalan dan/atau peningkatan kapasitas Jalan wajib menjaga Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Pasal 24
(1) Penyelenggara Jalan wajib segera dan patut untuk memperbaiki Jalan yang rusak yang dapat mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas.
(2) Dalam hal belum dapat dilakukan perbaikan Jalan yang rusak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelenggara Jalan wajib memberi tanda atau rambu pada Jalan yang rusak untuk mencegah terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas.
BAB XX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 273
(1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) sehingga menimbulkan korban luka ringan dan/atau kerusakan Kendaraan dan/atau barang dipidana dengan penjara paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan luka berat, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah).
(3) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang lain meninggal dunia, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah). Penyelenggara Jalan yang tidak memberi tanda atau rambu pada Jalan yang rusak dan belum diperbaiki sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah).
plus bendera setengah tiang
geleng kepala
hiks,
bang ben, ijin sharing dmilis yak:(
monggo bro..
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun
Halted.. Provider Corrupted and Error!
merinding bacanya om
baru baca beritanya di detik..dan menurut polisi, itu murni human error.. PARAH!!
yah..semoga amal ibadah almarhumah Windy diterima oleh Tuhan YME…
dan semoga ngga ada Windy2 lain yg harus meregang nyawa di jalanan karena buruknya jalanan…
nice artikel ban ben :thumbup:
numpang share di efbe n forum ban :shakehand
Mas Ben, kemarin pas sidang kena tilang gara2 lupa gak nyalain lampu, jumlah pelanggarnya 6000 an ( jumlah yang ikut sidang ). saya sendiri kena denda 50.500
Trus yang kena tilang tapi nggak ikut sidang pasti jauh lebih banyak………
Kira2 berapa duit ya yang terkumpul ? cukup nggak untuk memperbaiki jalan yang rusak ? trus semua uang denda biasanya larinya kemana ?
hanya oknum polisi, setan dan Tuhan yang tahu..
Iye human error.. Manusia2 di Dinas PU, petugas kepolisian dan semua instansi terkait yang Error. Otak dan hati nuraninya dah error..
turut bduka cita,mgkn sebaiknya rakyat ngeborong mobil motor d deler biar mcet semacet2nya,mgkn setelh itu pemerintah mo mikir utk mnyediakn angkutan massal yg layak
Jadi inget kecelakaan beberapa waktu yang lalu di jalur tengkorak, sigar bencah, tembalang-semarang. dekat sama UNDIP. kecelakaan terjadi akibat banyaknya lubang di tengah jalan, padahal kondisi jalan menurun dan gelap lagi (kejadian malam hari). dua orang mahasiswa (sepasang kekasih pula) menjadi korban. tragisnya si boncenger (katanya) baru ditemukan esok harinya, disemak-semak. waktu itu saya juga mengira kalo korbannya cuman satu. ternyata eh ternyata… tragis sekali
sigar bencah itu dari undip ke arah meteseh..? atau ke arah ungaran..?
undip ke arah meteseh om. yang dari arah ungaran ke semarang itu juga tidak kurang mengerikannya. tahun lalu satu keluarga tewas dihajar truk
ooo…yang liwat kolong tol terus bablas ke daerah latihan militer itu ya…padahal asik lho pemandangannya..
emang aseeekk… buat mereng-mereng juga bikin ketagihan kok. hehe… ::dipersilahkanmampirkalolewat::
waktu ke semarang kemarin udah nyoba mereng2 di bandungan sama di simpang 5…hehehee
tapi belom pernah nyoba pibo 24.8HP/21 NM monoshock kan? maaf, tidak kuasa hati ini untuk pamer ke njenengan. hehe… pamit jumatan dulu om.
cedak umahku kuwi om….. sering emang di situ… ati2 kalau jalan malem yah…. ngedim/klakson di pas turunan pertama… soalnya di bawah situ ada makam nya 1 bh…jadi sering gak suka kalau ada rider2 alay lewat situ. merasa terganggu… so uluk salam lebih baik….
tahu gak om ? esok harinya ntu lubang-lubang langsung ditambal. diantara bekas ceceran darah yang mengerikan. sampe sekarang pun masih ada bekasnya
memang harus clash action, ayo siapa yg mau mulai ?
mas ben, adakah yang bisa kita lakukan om ben? bisa gak kita ajukan class action?
adakah sesuatu yang nyata? sesuatu yang bisa dilakukan untuk mengubah pemerintah?
masyarakat sudah terbukti cuek bebek toh…mana peduli sama kecelakaan macam ini..sudah terlalu BIASA BANGET..
mau class action..massa nya gak ada..penyelenggara jalannya cuek…piye..?
bergerak lah.. gw siap bersuara..
kepalkan tanganmu kawan!
Wah baru semalem abang gua cerita ada perempuan naik motor kecelakaan, kepalanya pecah kelindas, ternyata ini toh beritanya … Hiii serem . Turut Berduka Cita Buat Keluarga Yang di Tinggalkan…
Betul, mas benny. Safety riding tanpa infrastruktur yang memadai = celaka. Pemprov mah boro-boro ngerti, lha wong brenti di blk garis putih aja bisa celaka !!!
http://kilatperak.blogspot.com/2011/08/safety-riding-tanpa-infrastruktur.html
ngomongin birokrasi di Indonesia bagaikan ngomong sm batu besar
setiap hari bayar pajak,setiap hari menyetor uang tunai,tp uangnya kemana?????,kita masyarakat indonesia sama sekali tidak menikmati
mungkin dipergunakan oleh oknum tersebut untuk
buat beli koleksi mobil mewah alphard,mercy,biaya istri simpanan ke 1,2,dst,maen jablay!?,atau beli gadget canggih untuk nonton bokep
Komenku nyangkut semua nih :s
stubuh gan, kl ane blh nambah: bayar carteran pesawat buat balikin koruptor yg kabuuur..wkwkwk
Susah lah kalo ngomongin pihak yg berwenang disini, ujung2nya lempar tanggung jawab… Ckckck…
Udah makan korban masih dibilang human error, ga tau dah apa yg ada di kepala penegak hukum. Mungkin mereka baru sadar kalo mereka yg ngalamin sendiri….
kalau begini terus lama2 jalan aspal ga ada bedane ama medan offroad.
om, ijin copas semuanya untuk di-share-kan. yg begini harus disebar luaskan ke mana2.
Pemerintah kayak sapi gitu kok harus dicambuk baru bereaksi.. harus melanglang-buana sampe ke berita dan koran baru bereaksi..
Monggo bro
jalanan Jakarta udah nggak cocok untuk bebek dan matic, lebih cocok supermoto atau motorcross
jalanan di pekanbaru lebih parah lagi….tambal sulam, tambalannya lebih tinggi dari aspal lama….
turut berbela sungkawa.. parah dah. moga presiden kita mendengarnya, walau mungkin tiada tindakan hanya imbauan..
ijin buat di-share ya masbro, ane kopas aja biar makin banyak yang tau…:D
duh, taun depan ane pindah ke JKT nih.. jadi takut sendiri….
Setiju masben, terlalu mudah dianggap senagai humam ereor pengendara, melempar kesalahan sama yg sudah tidak bisa membela diri..konyolll..
Nitip masben
selamat pagi dunia….sambil nunggu makan sahur baca – baca blog , saya liat artikelnya OK
ngenes…ijin share di fb mas..
bner2 lobang yg menjerumuskan tuh
serem liatnya….
kecantol yaa?
[…] Pita Hitam untuk Keamanan dan Kenyamanan Berkendara di Indonesia […]
hiks.. pasti mayan kenceng tuwh.. metic speednya ngehindarin lobang banting setir -> hilang kontrol jatoh.. 😥
udah gitu supir busnya nguntit di belakang mungkin pengen deket2 ngeliat cewe ABG sexy kalii 😯
SWDLLJ = Suwal dekil lan njlimettt
sibuk ngurusin 4 milyar
[…] 2 tulisan yg mewartakan kecelakaan yg terjadi dikarenakan jalanan yg kurang layak, yg satu sampai merenggut nyawa seorang lady biker dan yg satu lagi menyebabkan cedera ringan dan kerusakan pada sebuah CBR1000RR Fireblade. Itu yg […]
numpang mampir…sekalian mau kenalan…salam hangat n salam kenal…jangan lupa kunjungan yahh…salam
I drive this route (past the Jakarta stock exchange) every day on a scooter. There are several factors *outside the control of bikers* that and do kill people all the time. One that isn’t discussed on this page is the flooding caused by the automatic sprinking system on the thin median (intended as green strip/parkland). As per official procedure (see p. 41 below), the sprinklers switch on every morning at 7:00, just as the morning commute begins. Since water is one of bikers’ biggest fears this complicates what is otherwise a sufficiently demanding commute.
Most interesting, is that 12 months after Windi’s death, the situation is still the same out there: wet road full of holes and a bunch of cops with their hands on their hips waiting to see who’s next to be run over by a smoke-belching bus. I think the governror is out of touch because 12 months is long enough to fix a bad stretch of road.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/2718/A08rdw.pdf?sequence=4
[…] – like Windi, a young woman who was attending college when she was hit by a bus and died riding a Honda Vario on the Sudirman-Senayan section of the CBD last year. And Adaro coal exec Andre Mamuaya, who died […]