Fenomena pemasangan fairing pada motor sport yang memiliki form factor naked bike seperti Tiger, Pulsar, Scorpio dan sejenisnya masih musim saja. Hal ini cukup menggelitik ane.. Mengapa sang pemilik sampai rela mengucurkan dana yang tak sedikit untuk memodifikasi tunggangannya.
Padahal kalau dilihat hubungan antara form factor motor dan tujuannya, ada benang merah yang dapat ditarik dari kedua jenis street motorcycle ini. Form factor naked bike (standard) sangat fleksibel dan dirancang untuk kenyamanan berkendara, karena posisi berkendara yang tegak. Sementara form factor sportbike lebih mengedepankan kecepatan, akselerasi dan manuver yang dikhususkan untuk jalanan mulus. Monggo dilihat jenis-jenis motor menurut Wikipedia berikut ini:
Standard
Standards are versatile, general purpose street motorcycles.[1] They are recognized primarily by their upright riding position, partway between the reclining posture of the cruisers and the forward leaning sport bikes.[3] Foot pegs are below the rider and handlebars are high enough to not force the rider to reach far forward, placing the shoulders above the hips in a natural position.[2] Standards are often recommended to beginning motorcyclists due to their flexibility, relatively low cost, and moderate engines.[1]
Standards usually do not come with fairings or windscreens, or if they have them, they are relatively small.[1] Standard is often a synonym for naked bike, a term that became popular in the 1990s in response to the proliferation of fully faired sport bikes. The standard seemed to have disappeared, fueling nostalgia for the return of the Universal Japanese motorcycle(UJM),[1] which were admired for their simplicity, quality, and versatility.[3][4][6]
Muscle bike is a nickname for a motorcycle type, derived from either a standard or sport bike design, that puts a disproportionately high priority on engine power.[1][16][17]
***
Sport bike
Main article: Sport bikeSport bikes emphasize speed, acceleration, braking, and cornering on paved roads,[3][5][10][11] typically at the expense of comfort and fuel economy in comparison to less specialized motorcycles.[1][6] Because of this, there are certain design elements that most motorcycles of this type will share. Sport bikes have comparatively high performance engines resting inside a lightweight frame. Inline-four engines dominate the sport bike category, with V-twins having a significant presence, and nearly every other engine configuration appearing in small numbers at one time or another.[1] The combination of these elements helps maintain structural integrity and chassis rigidity.[1] Braking systems combine higher performance brake pads and multi-piston calipers that clamp onto oversized vented rotors.[1] Suspension systems are advanced in terms of adjustments and materials for increased stability and durability.[1] Most sport bikes have fairings, often completely enclosing the engine, and windscreens that effectively deflect the air at very high speeds, or at least reduce overall drag.[1]
Sport bikes have high foot pegs that position the legs closer to the body to improve ground clearance when cornering, and a long reach to the hand controls, which positions the body and center of gravity forward, above the fuel tank. The rider leans forward into the wind, the force of which can comfortably support the rider’s weight at speeds near 100 mph (160 km/h), but at lower speeds leaves too much weight on the arms and wrists, causing fatigue.
Streetfighters are derived from sport bikes, originally being customized sport bikes with the fairings removed and higher handlebars replacing the low clip-on handlebars.[12][13] Since the 1990s, factory streetfighters have been produced.[14] As with naked bike and muscle bike (below), the name streetfighter is used to help clarify the middle ground occupied by designs that blend elements of both sport bikes and standards.[15]
So dengan definisi di atas, dapat dianalogikan secara sedikit ngawur bahwa motor itu ibarat alas kaki. Ada sepatu yang dirancang untuk dipakai di lingkungan kantoran (vantofel), sementara itu ada pula sepatu yang dirancang untuk kebutuhan lapangan (safety shoes). Meskipun keduanya mirip dan sedikit banyak bisa ditukar-pakai di kedua lokasi, apakah layak untuk memodifikasi sepatu kantoran menjadi sepatu safety dengan “memaksakan” pemasangan sol, penambahan penutup mata kaki, dan pelindung baja di dalamnya?
Demikian pula hal nya dengan sepeda motor. Mengubah form factor standard menjadi sportbike memang bisa dilakukan, namun tidak mudah. Pada akhirnya pemilik akan dihadapkan pada fakta antara biaya modifikasi, kelayakan modifikasi dan kualitas hasil akhir. Sampai pada ranah ini, semua kembali pada selera masing-masing..apakah mau lanjut keluar dana besar namun hasilnya menjadi motor dengan form-factor gak jelas..ataukah lebih baik membeli sebuah motor yang benar-benar dirancang sesuai form factornya..? Jawaban “uang aing, motor aing kumaha aing” dikesampingkan dulu yaa..
Hal ini pernah terjadi pada ane beberapa tahun lalu, waktu itu ane ingin memasang velg sebuah moge ke dalam Pulsar 200 ane. Kemudian ane melakukan simulasi induksi sebab-akibat di dalam kepala..Memasang velg+ban lebar; berarti mengubah dudukan rantai berarti menambah beban mesin; berarti mengurangi umur kampas kopling; berarti menambah konsumsi BBM berarti umur pakai komponen mesin berkurang. Nah. akhirnya ane memutuskan untuk membatalkan modifikasi tersebut karena pada prinsipnya modifikasi ekstrim pada satu part akan mengubah dan merembet pada penggantian parts lainnya.

modifikasi fairing+suspensi ..apakah sesuai dengan kaidah "motorcycle engineering"...? (foto: OtomotifNet)
Bagaimana dengan penambahan fairing pada motor dengan form factor naked bike (standard)..? Ambil saja contoh ketika seorang pengendara Bajaj Pulsar ingin mewujudkan impian agar tunggangannya berubah form factor menjadi sebuah sport bike. Ia harus berpikir..Mau sejauh mana modifikasi motornya..? Seberapa layak dana vs kualitas modifikasi? Apakah hasilnya baik, tidak bermasalah dan dapat digunakan (MEFRIK) ? Apakah hasil modifikasi dapat reversibel (dikembalikan seperti semula)
Pengamatan ane hingga hari ini di Indonesia belum ada modifikasi bodyworks, terutama yang terbuat dari fiber..yang mampu memberikan hasil semulus dan sebaik bodyworks pabrikan.
So, kalau menurut ane sih..daripada buang dana mengubah form factor sebuah motor, lebih baik menabung untuk membeli motor yang memang terlahir dengan rancangan yang sesuai form factornya.
Monggo dishare opini bro n sist..
nggak ada yang pas kalo buatan tangan,,ada yang kendor. ngga pas,,,dkk
http://pertamax7.wordpress.com/2012/01/20/diy-pasang-relay-untuk-headlamp-sepeda-motor/
setuju om, kadang kalo dijalan ngeliat motor kek gitu jadi pengen ngakak2 gimana gitu,.apalagi full fairing depan tapi belakang masih stereo shock..:hammers
– klo modifikasi pasang fairing, alesan utama adalah bisa nyicil untuk menuju hasil akhir (ber-fairing)..
– klo nabung dulu, hasil akhir baru ketauan nanti klo dah beli..
*tapi memang yg pernah diriku liat di internet / di jalanan hasil konversi form-factor gak ada yg bagus dari sisi tampilannya.. 🙂
(klo cuma foto bisa menipu jika dilihat cuma dari sudut tertentu)
itulah apa daya uang tak sampai
kalo pasang box piye tuh om?
“uang aing, motor aing kumaha aing”… wkwkwkwwkkkkk
tp gw pribadi sih, gak suka modif, cos motor itu untuk operasional harian… n hobby gw juga bukan modif
tapi kadang emang asik juga sih ngeliat motor yg dimodif. tapi hanya sebatas penikmat, bukan pelaku… males booo ngeluarin duit buat modif 😀
kikik… jadi inget ini http://triyantobanyumasan.wordpress.com/2011/10/04/beberapa-kekurangan-pulsar-220-full-fairing-yang-perlu-dibenahiontana/
meskipun tetep gw pasang 😀 lha wis dituku je… tapi bagaimana dengan ban dan velg Rial ya, aku masih naksir je Cuk
Gimana kalo kasusnya satu basis? Contoh Ninja R adalah motor naked dipasang fairing pake punyanya Serpico atau V-ixion pake bajunya R15. Apakah ini juga termasuk ngga sesuai dengan form factornya?
Nah..kalo ini sama seperti perubahan dari Ducati 848 evo ke 848 naked..cukup ganti stang dan buka fairing..jadilah naked bike..
saya sih cukup trail xixixi
http://extraordinaryperson.wordpress.com/
gk singkron…
apakah ini disebut 4L4Y?
skarang banyak motor tangki
pake fairing dr fiber
terlalu dipaksakan
Ada jg yg pnya alesan biar tampil beda sama tunggangan laen.
Lah kl fxr ane, full std aja pd nanyain ntu mtr apa..
Jadi ya ga ane modif… Krn desainnya pasti dah dipikirin sm tukang insinyurnya suzuki…
kagak ada jiwa modif ni blogger…
maksudnya si penulis bukan kaga ada jiwa modif, tapi kalo mau modif ya silahkan modif tapi GAK USAH MAKSAIN 😀 hehehe :Peace:
numpang lapak gan 🙂
http://randhygraphic.blogspot.com/
monggo di lihat motor-motor konsepnya 🙂
Setuju mas ben
—
http://www.dk8000.co.nr
butul 3x.. 90% modif yg gue liat di jalanan hanya bikin ketawa2 dalam hati, jarang ada yg mengesankan… entah karena tabrak konsep, garapan kasar, warna gak mirip, hilang kenyamanan dll.. maksa banget.
Modif itu boleh/saja… asal tidak mengubah standart, dan keamanan motor itu..
modif boleh” saja sih menurut ane..tapi kalo modif mendingan yang maksimal sekalian..dari cruiser ke sport pertama” yang harus di perhatikan adalah: faktor kaki”
cruiser: ban gede/kecil ga masalah, shock masih stereo ,n footstep masih di posisikan tegak dan stang masih stang tegak
Sport: identik dengan monosock, dual disc brake (depan-belakang)stang jepit,(clip on handle bar) footstep underbone, velg tapak lebar dan ban gede ,swing arm panjang/banana, yang cukup buat velg lebar.dan..fairing itu dipasang terakhir agar memenuhi syarat motor sport standart
jadi modif dari Cruiser ke sport..Bukan asal pasang fairing!! perhatikan kaki” shock, dll baru fairing jadi opsi terakhir. ^^
selamat mencoba (bagi yang suka modif)
sepele saja, orang merdeka ekspresikan diri sesukanya.. kalau mau ikutan pabrik ya monggo.. karena dalam modifikasi terpendam esensi hidup itu sendiri.. iaitu.. kebebasan memilih
MENDING MULUT KALIAN AJA TUH YANG DI MODIF BIAR GAK KEBANYAKAN BACOT HAHAHAHAHAHAHAAA………………..
Hal ini pernah terjadi pada ane beberapa tahun lalu, waktu itu ane ingin memasang velg sebuah moge ke dalam Pulsar 200 ane. Kemudian ane melakukan simulasi induksi sebab-akibat di dalam kepala..Memasang velg+ban lebar; berarti mengubah dudukan rantai berarti menambah beban mesin; berarti mengurangi umur kampas kopling; berarti menambah konsumsi BBM berarti umur pakai komponen mesin berkurang. Nah. akhirnya ane memutuskan untuk membatalkan modifikasi tersebut karena pada prinsipnya modifikasi ekstrim pada satu part akan mengubah dan merembet pada penggantian parts lainn
kalo mau modif mikir gitu ya bukan modif broo…
tapi pelittttttt