TVS Apache 200 4V
minim getaran?
nyaman?
kencang?
Ah itu kan kata om Taufik, okeh, ane bahas dimari ajah nih TVS Apache 200, karena ngeblog di WordPress sudah mulai bikin ane gumoh. Baca entri selengkapnya »
TVS Apache 200 4V
minim getaran?
nyaman?
kencang?
Ah itu kan kata om Taufik, okeh, ane bahas dimari ajah nih TVS Apache 200, karena ngeblog di WordPress sudah mulai bikin ane gumoh. Baca entri selengkapnya »
Well, karena ane dapat voucher diskon yang lumayan, sehingga bisa beli Dazz “hanya”seharga 7 jutaan saja..maka ane belilah itu motor dari dealer utama TVS di Jl. Dewi Sartika Jakarta…dengan tujuan untuk Baca entri selengkapnya »
Email yang masuk ke inbox ane itu berasal dari mba Reni, Corporate Communication Manager TVS Motor Indonesia yang mengajak ane untuk ikut acara test ride dan press conference launching Baca entri selengkapnya »
Ajegile motor yang satu ini..baru aja diberitakan di TMCBlog yang ngutip berita dari Motoroids, katanya sih MASIH UJI TIPE DI INDIA, ehhh udah nongol tuh motornya di PRJ 2013…Luarrr biasa.. Padahal ini motor sejatinya modifikasi Indonesia buatan Berkat Motor, tapi kok dibilang UJI TIPE yaaa…xixixixi…berita dari India, dikutip sama blogger Indonesia eeeh, gak taunya sumbernya dari Indoneia juga.. alias #mbuletae
#ngikikrawiswis
monggo dilihat foto-fotonya di bawah..
Bro n sist sekalian, malam kemarin begitu berkesan..diawali dengan misuh misuhnya ane karena parkir motor di Setiabudhi building yang sangat sempit, sehingga baru sampai parkiran, ane langsung BBM bro Bodats, sambil berpikir untuk pulang saja.. Baca entri selengkapnya »
Bro n sist sekalian, baru saja sebuah email dari mbak Nurlida Fatmikasari atau lebih akrab disapa mbak Mieke, Corporate Communication Officer dari TVS Motor Indonesia membangunkan ane dari Baca entri selengkapnya »
TVS memang ada hubungan dengan Suzuki, seperti halnya Bajaj memiliki hubungan dengan Kawasaki..Oleh karena itu barangkali TVS Apache di atas dimodifikasi menjadi Hayabusa.
Bagaimana menurut bro n sist sekalian?
sumber foto: di sini
yooo…Balik lagi ke masalah flow berpikir TVS dari mulai input –> R&D –> output, jelas rasanya bahwa konsep ini tak ubahnya seperti “duck in – duck out”, Aspirasi rakyat akan motor yang tangguh dan irit sudah kadung dicemari motor bebek Jepang ditampung dan kemudian di R&D diolah…. Outputnya yoo..motor bebek lagi..yaah motor bebek plus-plus laagh..!!!
bebek TVS bisa buat balap liar gak ya?
Ini perlu dipertanyakan sebenarnya apakah product drives the consumer atau malah sebaliknya, consumer drives the product? Well, kalau TVS mau berani berinovasi, ya sebaiknya jangan menelorkan motor bebek..!!! Itu berarti TVS hanyalah jadi follower saja, mau jadi bebek cah jamur kek, bebek goreng kecap kek, bebek pincang rebus kek..yaa tetep saja bebek tho..???!
bisa-bisa TVS buka restoran bebek..
Kenapa TVS tidak memproduksi motor sport dan serius di sana? Kalau dengan alasan motor sport itu lebih boros, itu gak tepat. Bajaj berhasil memproduksi Pulsar yang sudah terbukti irit. Kenapa TVS tidak bisa?
Pulsar vs Apache
Apa hasil penafsiran TVS terhadap aspirasi dan keinginan masyarakat itu hanyalah sedangkal motor bebek??? Well..hanya manajemen TVS yang tahu.
Yang ane bisa analisa di sini adalah TVS ingin terlebih dahulu mengakrabkan diri dengan konsumen yang sedang teracuni demam motor bebek ya dengan menelorkan motor bebek. Langkah selanjutnya…kita lihat saja sepak terjangnya.
Lalu bagaimana dengan TVS Apache yang terkesan di anak-tirikan? Tidak seperti pendahulu-pendahulunya di tanah Hindi sana seperti Fero dan Star, Apache memang berbeda. Fitur dan teknologi yang diusungnya dapat disetarakan dengan Bajaj Pulsar. Dari pengamatan ane sendiri Apache lebih superior dalam hal kualitas cat, finishing pengelasan dan detailing. Perbandingan Apache dengan Pulsar dapat dibaca di artikel ini.
TVS Wolcome Bloggers
Komentar
Nah..sekarang komentar dari Blogger..
ane bersama para blogger senior
Ada hal menarik mengenai manuver TVS untuk mencari motor seperti apa yang diinginkan oleh konsumen Indonesia. Pak Benny dari divisi marketing TVS mengatakan bahwa TVS berusaha menambah kualitas hidup masyarakat dengan motor yang irit dan bertenaga yang cocok untuk penggunaan harian. Sehingga pada akhirnya masyarakat bisa berhemat dan menabung, karena pengeluaran untuk transportasi jadi lebih kecil setelah membeli motor TVS.
Pak Benny Widyatmoko - GM Marketing TVS
kalo Benny yang ini...yang punya blog.. 😀
Tapi tunggu dulu, mari kita lihat pola pikir Research & Development (R&D) TVS dengan langkah sebagai berikut:
Naah..mari lihat langkah perlangkah..
Melakukan survey motor idaman ke masyarakat
Pada langkah ini TVS lupa bahwa masyarakat Indonesia ini adalah hasil “jajahan Jepang” lebih sempit lagi dalam hal permotoran adalah “hasil jajahan Honda”. Apa artinya? Jelasss..25 tahun Honda bercokol di seluruh pelosok Indonesia telah sukses menanamkan di benak anak-cucu generasi Indonesia sampai zaman ini bahwa motor yang paling nyaman, aman tenteram loh jinawi bagi rakyat adalah motor bebek. Apakah TVS melupakan ini?
Mengolah data di R&D TVS
Di sini data survey diolah, tapi lihatlah data input berupa suara masyarakat. Dengan mindset masyarakat yang sangat pro motor bebek, maka data R&D akan jelas-jelas beraroma motor bebek. Lalu..dimana letak inovasi TVS terhadap motor idaman jika hanya mengikuti kemauan masyarakat yang jelas keracunan akut motor bebek?
Mengeluarkan output berupa desain motor yang sesuai
Lagi-lagi hasil output adalah hasil olahan R&D yaitu motor bebek..ini sih namanya garbage duck in – garbage duck out.
Kesimpulan..
Dari produk yang diunggulkan TVS seperti Neo, Rockz dan Neo X3i, dengan alasan ingin lebih familiar dan dikenal di kalangan masyarakat pengguna motor, TVS cenderung main aman dan tidak terlalu bernyali untuk tampil beda dan segmented seperti Bajaj dan Minerva.
Hasil utama R&D TVS bisa dibilang hanya berupa fitur charger HP, fitur MP3 player, dan lampu bagasi. Sayang untuk TVS Neo, seolah TVS tanggung memberikan fitur dengan absennya pocket atau wadah untuk menaruh HP dan charger HP itu sendiri.
Charger pada TVS Neo...tapi gak ada wadah menaruh HP
Dari output produk TVS terlihat bahwa TVS mengikuti strategi Bajaj dengan menambah fitur-fitur yang tidak umum ditemui pada motor Jepang.
Jika Bajaj memasang fitur speedometer digital, lampu sein yang mati sendiri setelah berbelok dan double busi, maka motor bebek TVS mengikuti pola ini dengan fitur MP3 player, FM radio dan charger HP ala lighter di mobil dengan alasan mengikuti aspirasi konsumen.
Well, kalau mau total mengikuti konsumen, coba tengok ke jalan, kan banyak tuh yang naik motor bebek sambil mainan handphone atau pegang rokok. Bagaimana kalau motor bebek TVS dibuat dengan tempat handphone, cigarrette holder dan asbak di bagian stang, yaah seperti trend naik motor sambil telpon atau sambil merokok yang dilakukan kebanyakan oknum bebekers di jalanan…pasti okeh banget tuh…hihihi.
Trend Naik Motor Saat Ini...NDESO ABIS!
Andalah Inspirasinya..
Inilah slogan TVS Motor Indonesia..dengan merekrut Iwan Fals sebagai product messenger, TVS mencoba mengambil hati masyarakat. “kami mencoba membuat produk yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia dengan tujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat” demikian ucap Pak Benny Widyatmoko, General Manager Marketing. Pak Benny juga menambahkan bahwa TVS telah melakukan survey ke pengguna motor di perkotaan besar untuk mencari motor seperti apa yang diidamkan konsumen.
Presiden SBY Meninjau Produk TVS
Produk
Bicara motor dari India, maka wajib hukumnya membandingkan produk TVS dengan Bajaj. Perbedaannya banyak dan pastinya cukup signifikan. Namun karena sedang membahas TVS maka ane akan bilang ke TVS bahwa untuk segmen motor sport, kualitas detail dan engine TVS Apache sudah lebih superior dari Bajaj, namun jika saja TVS berani memperbesar ukuran cc mesin sejajar dengan varian-varian Pulsar maka TVS akan lebih memiliki daya saing.
Saat ini angka penjualan TVS masih di bawah Bajaj, bisa jadi “brand awareness” TVS belum dikenal di masyarakat perkotaan yang umumnya perlu lebih diyakinkan untuk mencoba sebuah produk baru. Bajaj, di sisi lain telah sukses membersihkan nama baiknya dari kendaraan roda tiga yang berasap dan bising menjadi motor sport yang gagah dan pas untuk komuter terbantu dengan adanya momen kebosanan masyarakat terhadap itu-itu saja ditambah lagi antusiasme penggunanya yang meleburkan diri ke berbagai komunitas, salah satunya Pulsarian Community.
Price List Motor TVS (sumber: Stephen Langitan)
TVS sendiri bukanlah pemain baru di India, di sana mereka adalah produsen motor terbesar ketiga, setelah Bajaj dan Honda. TVS di India memiliki beragam varian produk dari mulai skutik, motor bebek hingga motor sport. Ketika ditanya langsung, Pak Kutani dari Engineering mengatakan bahwa di Indonesia baru kali ini TVS menelorkan motor bebek, ini karena motor bebek kurang mendapat respon pasar positif di India. Diharapkan dengan membuat motor bebek, TVS dapat lebih akrab dengan masyarakat Indonesia. Begitu tukas Pak Kutani.
TVS Scooty
Di segmen matic, TVS Scooty menjadi trend di kalangan mahasiswa-siswi dan ibu rumah tangga di India. Ini karena Scooty, yang di India sana masuk ke dalam kelas “scooteret” – sebutan India untuk skutik dibuat dalam 99 pilihan warna. Pabrikan membuat motor, dan dealer, bekerja sama dengan rumah produksi rekanan mengecat Scooty sesuai request calon pembeli. Itulah yang membuat Scooty menjadi primadona. Di Indonesia, Pak Kutani pesimis motor ini akan laku karena diameter velgnya yang kecil – 12 inch. Sementara konsumen Indonesia terbiasa dengan 14 inch.
TVS Fiero
TVS Star
Di segmen motor sport, TVS mempunyai varian Fero dan Star yang diproduksi tahun 90-an dan hingga kini masih merajai jalanan kota India. Lagi-lagi masalah desain yang menyebabkan motor ini tidak diproduksi di Indonesia. Well, memang kedua motor batangan ini bentuknya jadul banget sih.
Indonesia kebagian produk dengan fitur yang tidak umum di India, dengan harapan masyarakat akan tertarik, seperti dulu Pulsar memesona calon pembeli dengan speedometer digital dan auto shut off sign lamp dan LED lamp, begitu pula TVS mencoba menawarkan nilai lebih dengan kualitas detail motor yang mulus dan fitur unggulan yang unik.
sumber foto: googling, Stephen Langitan.com
Sejarah
TVS Motor Indonesia, nama TVS ini ane dengar pertama kali tahun 2006 sewaktu membuka iklan lowongan kerja di Career Development Center (CDC) ITB. Kala itu TVS membuka lowongan kerja untuk posisi Mechanical Engineer. 3 tahun kemudian ane baru ngeh bahwa TVS itu adalah produsen sepeda motor terbesar ketiga asal India. Perusahaan yang didirikan oleh TV. Sundaram Iyengar pada tahun 1911 ini memiliki banyak anak perusahaan, diantaranya TVS Motor. Usil gothak-gathuk…ternyata TVS sudah mulai berinvestasi di Indonesia sejak tahun 2006 dengan membangun fasilitas produksi senilai 50 juta US$ di daerah Karawang.
Strategi Investasi
Wah..dengan strategi investasi seperti ini, membangun pabrik terlebih dahulu kemudian baru berjualan motor mengingatkan ane kepada produsen motor terbesar di India yaitu Bajaj yang produknya sudah dikenal lebih dulu di Indonesia dengan varian Pulsar-nya. Menilik strategi Bajaj yang memilih untuk berjualan motor secara import bulat-bulat alias CBU hingga tahun 2008 jelas berbeda dengan TVS. Tersiar kabar bahwa Bajaj baru akan membuka pabriknya pada tahun 2011.
Dengan strategi marketing ini, ane dari sisi konsumen menilai Bajaj terkesan “icip-icip” pasar dahulu dengan memasukkan “tester bunny” nya ke pasaran Indonesia..dan ternyata motornya laku!! Ya jelas, ketika konsumen lelah dan bosan dengan motor yang itu-itu saja, Bajaj sukses mengambil kesempatan dan telah membuka dealer di beberapa pusat kota besar di Indonesia.
The Man Behind The Gun
Tercatat ada Pak Darmadi Tjuatja yang sebelumnya pernah 20 tahun lebih bergabung bersama Indomobil, ATPM Suzuki dan juga terdapat beberapa staff manajemen yang dulunya ada di Honda (AHM). Diperkuat lagi dengan adanya Pak Juwono Sudarsono di jajaran Komisaris, semakin memperkuat TVS untuk mengambil ceruk pasaran motor Indonesia dari genggaman Jepang.
Lalu kedepannya bagaimana?
Oke..kita kembali ke TVS, dengan strategi bangun pabrik dulu, dagang kemudian, TVS sedikit kehilangan momen emas yang keburu disikat Bajaj. Oleh karena itu dara pengamatan singkat ane terlihat bahwa TVS memilih untuk memperkuat basis marketingnya di wilayah suburban, alias dari pinggiran menuju ke pusat. Namun karena pabrik sudah berdiri maka keuntungan bagi TVS adalah harga produk bisa lebih murah karena seluruh kegiatan produksi dilakukan di Indonesia dan konsumen secara jangka panjang akan melihat bahwa TVS benar-benar serius menggarap market Indonesia!
Sabtu kemarin 18 member KoBOI memenuhi undangan dari dua ATPM yaitu TVS dan Honda. TVS mengajak kami mengunjungi pabrik perakitan motor mereka di kawasan industri Suryacipta, Karawang. Sementara Honda mengundang kami untuk melihat acara launching Honda Scoopy di Senayan. Jadi begini ceritanya..
Tiba di TIS Square pukul 7 pagi kami dipersilakan sarapan dan ngopi dulu di Starbucks sambil menunggu blogger lain datang. Karena baru kali ini kami bertemu kembali setelah sekian lama, maka suasana meriah dan penuh canda. Biasa lah canda tawanya blogger yang biasanya rame di milis sekarang live di darat..hehe..
Terlihat ada bro Girifumi, bro Saranto, bro Stephen Langitan, bro Andry, bro Rial Hamzah, bro Jayadi, bro Henry Parasian, bro Taufik, bro Adhi, Triatmono dan bro Dono.
Bis Blue Bird segera datang dan menjemput kami dibawah komando mbak Ika dari TVS yang rupanya sangat “blogger friendly”..hehehe.
Perjalanan ke Karawang ditempuh satu setengah jam. Pastinya suasana bis Blue Bird yang disetir oleh Pak Agus jadi ramai..ada bro Edo yang komentar masalah kemacetan dan road safety, ada bro Giri yang malu-malu mau copy video Luna Maya..hehe..ada lagi bro Bodats dan bro Andry yang rada diem tapi cekikikan. Pokoke buat badan segar dan gak ngantuk..!
Tiba di pabrik TVS para blogger langsung dilucuti handphone nya di pos keamanan. Standar keamanan TVS katanya. Tapi rupanya ada bro Edo yg masih membawa masuk Blackberrynya. “Kan ini bukan handphone” gitu katanya.
Foto-foto narsis tak lupa dilakukan para blogger di depan logo TVS di pintu masuk. Juga mulai foto situasi pabrik yang sangat luas itu. Di atas tanah lebih dari 40 hektar ini dikabarkan akan terus dibangun fasilitas produksi motor yang dilakukan dalam beberapa fase. TVS juga memberikan sumbangsih kepada masyarakat di sekitar dengan membangun pangkalan ojek berlogo TVS.
Sebuah kehormatan..di gedung Learning Center kami disambut oleh jajaran direksi TVS diantaranya pak BLP Simha selaku Presdir, pak Darmady Tjuatja, pak Kutani dari Engineering, pak Rajashekar dari Service Departement dan pak Benny dari Marketing.
Usai mendapat penjelasan singkat dari manajemen TVS, pertanyaan dari blogger berdatangan. Sang MC hingga tak kuasa membendung laju pertanyaan dan masukan dari para blogger yang terkenal kritis..lebih kritis dari wartawan nih. Bro Triatmono usai mengungkapkan pertanyaan dan pendapatnya langsung dikomentari “You should be a businessman..!” oleh Pak Simha, Bro Taufik langsung nembak titipan 34 pertanyaan dari pengunjung blognya. Bahkan karena nama ane mungkin familiar, jadi diingat terus nih sama Pak Simha..haha..
Selesai makan siang yang terbilang mewah..(Enak soalnya..hehe), kami diberi kesempatan untuk test ride motor. Dari kejauhan tampak 4 unit TVS Neo X3i, bebek terbaru yang akan diluncurkan minggu depan. Sayang TVS Apache tidak diturunkan dalam test ride ini. Karena ane sama sekali tidak selera dengan motor bebek, maka ane di sana hanya mencoba meng-abuse bebek tersebut dengan hi-revving 3 lap keliling pabrik dan yah..segitu aja lah. Maaf kepada TVS. I have no interest in ducks.
Bis blue bird kembali mengantar kami kembali ke TIS Square. Sebelumnya kami diberi bingkisan yang sangat menarik dari TVS. Cakep deh..cakep..mudah-mudahan para konsumen juga bisa dapat tas helm unik ini.
Perjalanan pulang tak semulus berangkat. Macet akibat genangan air kami temui dimana-mana dan menyebabkan jam 15.30 kami baru sampai TIS Square dan melanjutkan perjalanan ke Senayan dengan motor masing-masing yang lagi-lagi dibumbui kemacetan. Jika kami naik mobil pastilah kami telat setelat-telatnya..untung kami naik motor.
Gerbang acara dipenuhi parkir beragam motor Honda. Dan parkir khusus telah disediakan untuk motor para blogger.
Disambut oleh beberapa kawan dari PT. Wahana Artha Harsaka selaku main dealer Honda dan pak Nyoman Kesawa dari AHM lagi-lagi sesi pertanyaan meluncur deras. Memang blogger gak ada abisnya dalam mengungkap rahasia ATPM.
Acara dilanjutkan dengan berkeliling lokasi acara dan pastinya test ride. Bagaimana performa Scoopy? Nanti ane ceritakan dalam artikel terpisah.
Setelah sholat Maghrib dan makan malam, PT.AHM memberikan kejutan yang sangat berharga kepada KoBOI yaitu plakat penghargaan yang diserahkan langsung kepada bro Stephen di main stage.
Posted with WordPress for BlackBerry.
Segmentasi kedua pabikan itu jelas beda. Bajaj cenderung menyasar konsumen yang relative sudah melek teknologi dan ingin naik kelas ke cc lebih besar. Oleh karena itu cukup membanggakan bahwa Bajaj tidak memproduksi motor bebek dan bisa jadi kealpaan Bajaj menelurkan bebek menjadi hambatan dalam bergabung ke AISI (Asosiasi Industri Soang dan Itik) hehehe..singkatan sebenarnya apa ya..? lupa.
TVS menurut ane memiliki kualitas produk dengan detail lebih baik dari Bajaj. Keunggulan ini akan terlihat jelas bagi para “bike enthusiast” terutama dalam kualitas kehalusan pekerjaan las dan kualitas finishing di cat dan materal plastic. Nilai minus bagi TVS adalah pada ukuran cc mesin yang lebih kecil dari Bajaj Pulsar. Jika Bajaj bermain di kelas 125 – 200 cc maka TVS “mengalah” pada aspek ini dengan menelurkan TVS Apache RTR 160 dan 180.
Bagaimana dengan motor bebeknya? Yah..ini adalah salah satu strategi TVS memperluas segmentasi pasar dengan bermain di wilayah “remote” dan menyasar kalangan bike user dan calon pengguna motor yang baru pertama kali membeli motor.
Coba tengok produk TVS Rockz..Apakah memasang MP3 player dan FM radio di motor bebek akan membuat orang berminat membeli? Yah kita lihat aja bersama rapor si motor bebek bernyanyi ini setahun ke depan.
Rupanya acara TVS Rockz (weh…ribet juga nulis “rocks”) yang diadakan di lapangan monument perjuangan Bandung ini dalam rangka ulang tahun Kodam Siliwangi. Dimeriahkan oleh penampilan dari para artis local yang sudah tidak asing lagi seperti Mulan Jamilaa (buka Mulan Jamidong) dan Ahmad Dhani. Yaa..bolehlah untuk hiburan orang-orang bertelinga standar..hehehe.
Acara yang disiarkan langsung dari Bandung ini disinyalir merupakan akal-akalan TVS untuk mempopulerkan motor bebeknya tersebut. TVS Rockz merupakan motor bebek unik dengan fitur MP3 player dan FM radio. Pentingkah fitur ini? Menurut ane engga deh. Apalagi motornya cuma motor bebek. Kenapa ya TVS tidak seperti Bajaj yang spesialis bermain di “motor laki”. Dan kenapa juga TVS tidak memasangkan MP3 dan FM radio di TVS Apache?
Menarik untuk disimak bahwa dua pabrikan sepeda motor India yang eksis di Indonesia yaitu Bajaj dan TVS memiliki strategi pemasaran yang berbeda. Bajaj memulai pemasarannya dari kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang dll. Sedangkan TVS mulai berjualan dari kota-kota suburban atau bahkan kota-kota kecil.
Ini terjadi ketika bro Edo Rusyanto, datang membawa TVS Apache RTR 160. Rupanya motor tersebut dipinjamkan oleh pihak ATPM TVS untuk direview oleh bro Edo. Nah..ane penasaran nih ingin coba. Berikut review plus-minus singkat dari ane, yang ane bandingkan dengan Bajaj Pulsar 180 DTS-i yang sehari-hari ane naiki.
Plus:
Minus:
Dari plus minus yang ada, point minus yang ane sesalkan adalah pada getaran mesin TVS Apache yang heboh. Sungguh beda rasanya jika sehari-hari terbiasa naik Bajaj Pulsar lalu tiba-tiba naik TVS Apache.
Bagaimana menurut ente?
RECENT COMMENTS