Dibalik Persaingan Sport 150 cc, Ternyata..

18 05 2014

Sekedar mengamati beberapa update di kelas sport 150 cc yang katanya masuk red ocean. Memang benar bahwa konsumen motor Indonesia masih haus akan motor sport yang pakai fairing karena mayoritas konsumen terdidik oleh tayangan balap motor, MotoGP yang pastinya membuat mereka ingin motor berfairing.. sampai-sampai motor berform factor sport commuter macam CB150 atau Vixion pun dipasangi fairing kathokan.

Produsen pun menangkap keinginan ini, pertama Yamaha dengan menelurkan R 15 yang dipoles sedemikian rupa agar meluncur ke konsumen dengan branding yang manis. Dikomunikasikan sedemikian rupa bahwa inilah motor sport fairing yang pas. Ukurannya pas untuk pengendara Indonesia, harganya pas di 28 juta.

Honda pun tak mau kalah, sebentar lagi meluncurkan CBR 150 rakitan lokal. Seakan kena gebug Yamaha, harga CBR 150 made in Thailand banyak yang terkoreksi. Kabarnya didiskon hingga turun ke harga 28 juta (juga).

Tapi dibalik hingar bingar perang marketing dan branding. Coba lihat dengan jernih beberapa hal miring yang barangkali akan dianggap angin lalu oleh konsumen awam, namun bagi beberapa konsumen kritis dan blogger yang mau kritis dan geli tergelitik, hal miring ini sangat mengganggu. Tak peduli para marketing mencoba berkelit dan memberikan polesan. Coba dilihat:

1. CUMA Yamaha Vixion diberi fairing ++
Kalau diperhatikan, R15 itu kan Vixion diberi fairing dan gear ditambah satu jadi enam percepatan. Kok heboh bener ya. Ya okelah.. para FBY pasti berkata ada fitur baru dsb. Tapi kok ane sempat lihat ada R15 yang dijual di tokobagus.com? Ini artinya R15 bisa jadi wow effectnya kencang di awal saja. Tapi begitu dimiliki dan dicoba..lho kok gitu doang. Mungkin begitu yang ada di benak mereka yang sudah mencoba R15. Intinya.. ada kekecewaan yang datang belakangan karena over-expectation.

2. Helm HJC atau KBC?
Bonus helm yang diberikan dalam paket penjualan R15 ternyata mengundang kontroversi. So, artinya ada yang disembunyikan, tapi tetap ketahuan..he he he.. tapi konsumen awam kan gak peduli. Biarpun misalnya ternyata ketahuan bahwa HJC itu KBC yang dicat jadi HJC.. buat ane sih tetap aja judulnya TIPU-TIPU.. :mrgreen:

3. CBR 150 rakitan lokal, ono rego ono rupo..
AHM kebakaran jenggot. Setelah datang R15 harga 28 juta..langsung memberi counter attack dengan melokalisasi produksi CBR150. Tapi apa iya nantinya bebas keluhan. Buat ane ungkapan “ono rego ono rupo” itu tetap berlaku. So, kita tunggu aja berita sisi minus si CBR 150 lokal ini.

4. Kok gak turun balapan?
Motor berfairing, ada upgrade racingnya..tapi gak turun balapan.. opo tumon? Malah sibuk one make race aja. Apa karena terhambat SOHC? Silaken didiskusikan deh.. cuma masih heran aja.

Karena situasi dan kondisi ini ane jadi mikir..beli motor yang dibuat “dalam masa perang” di segmen tertentu barangkali bukan pilihan baik. Ada saja sisi minusnya yang disinyalir akibat riset kejar setoran.

Tapi..siapa peduli, fanboys, tim marketing dan branding selalu siap memoles dan meyakinkan konsumen toh. Konsumen awam Indonesia kan masih banyak. Begitu pula konsumen yang jelas melek spek tapi belagak awam karena “kena poles”.

Nah, kalau ente termasuk yang mana?

PS: sengaja gak pakai foto dan gambar biar ente fokus membaca.

:mrgreen:





Membangkitkan Gairah Ngeblog 2014

13 05 2014

Kembali lagi menulis.. kali ini yang ringan-ringan dulu aja..ini juga menulis via gmail, lalu diposting ke wordpress..bisa nulis di smartphone sambil tiduran.

Gak terasa udah setahun setelah geser kerjaan. Ada banyak pengalaman baru, ilmu baru dan kawan baru..dan pastinya penghasilan baru.. he he he..

Pergeseran ini bukan tanpa konsekuensi. Karena sering ngebolang ke tempat-tempat aneh yang biasanya cuma jadi tujuan dan rute touring para biker, beberapa kawan lama di ibukota jadi jarang ditemui. Masih sukur beberapa hari lalu bisa kopdar bareng OBIwan yang mana kedatangan tamu spesial dari Bontang, kang Joe Trizilo..yah lumayan dah..masih ingat kalau ane punya blog..he he..

Pergeseran ini juga menjauhkan ane dari dunia roda dua, dan "menjerumuskan" ane ke dalam dunia roda empat yang semua rodanya nya bisa bergerak. Ditambah lagi, atasan langsung ane, yang juga senior ane di kampus..ternyata maniak offroad.. habislah beberapa mobil kantor jadi sasaran modif, termasuk double cabin yang ane pakai, kecipratan modif tool box merk Carryboy. Mungkin kalau di motor semacam Givi gitu lah.

Oh iya..setelah setahun gak merasakan sensasi riding, sensasi driving cukup menyita perhatian ane. Ternyata driving bagi ane gak lebih menarik dari riding..kecuali ketika blusukan offroad.. nah itu baru ada gregetnya.

Ane belum kunjung sempat menuliskan driving impression Mitsubishi Strada Triton yang udah setahun ane pakai kemana-mana. Niatnya kemarin ikutan Daihatsu Sirion test drive..mumpung setahun gak bawa motor..barangkali kesan drivingnya bisa lebih dalam. Tapi ah..karena konsen dan waktu terbatas batal hadir deh.

Ada kepikiran juga kembali ke dunia roda dua. Saat ini, meskipun lagi ramai pemberitaan Yamaha R25, Kawasaki Z250SL dan CBR250 (ane tetap ngikutin berita lho..he he), namun ane kepingin sesuatu yang beda. Alhasil, seekor Inazuma ane gondol ke rumah.. biar greget..

Lagi-lagi riding impression menyusul kalau ada waktu..he he..

Masih shock kemarin inreyen jalan thimik-thimik disalip bebek sruntulan.. kok lalu-lintas Jakarta makin nggatheli ya…??

Anyway, lumayan masih sempat nulis artikel lagi. Biarpun gak via dashboard WordPress yang rasanya sekarang kok jadi njelimet..

Okeh deh..nantikan artikel selanjutnya.. stay tune and keep on rockin.. :mrgreen: