yooo…Balik lagi ke masalah flow berpikir TVS dari mulai input –> R&D –> output, jelas rasanya bahwa konsep ini tak ubahnya seperti “duck in – duck out”, Aspirasi rakyat akan motor yang tangguh dan irit sudah kadung dicemari motor bebek Jepang ditampung dan kemudian di R&D diolah…. Outputnya yoo..motor bebek lagi..yaah motor bebek plus-plus laagh..!!!
Ini perlu dipertanyakan sebenarnya apakah product drives the consumer atau malah sebaliknya, consumer drives the product? Well, kalau TVS mau berani berinovasi, ya sebaiknya jangan menelorkan motor bebek..!!! Itu berarti TVS hanyalah jadi follower saja, mau jadi bebek cah jamur kek, bebek goreng kecap kek, bebek pincang rebus kek..yaa tetep saja bebek tho..???!
Kenapa TVS tidak memproduksi motor sport dan serius di sana? Kalau dengan alasan motor sport itu lebih boros, itu gak tepat. Bajaj berhasil memproduksi Pulsar yang sudah terbukti irit. Kenapa TVS tidak bisa?
Apa hasil penafsiran TVS terhadap aspirasi dan keinginan masyarakat itu hanyalah sedangkal motor bebek??? Well..hanya manajemen TVS yang tahu.
Yang ane bisa analisa di sini adalah TVS ingin terlebih dahulu mengakrabkan diri dengan konsumen yang sedang teracuni demam motor bebek ya dengan menelorkan motor bebek. Langkah selanjutnya…kita lihat saja sepak terjangnya.
Lalu bagaimana dengan TVS Apache yang terkesan di anak-tirikan? Tidak seperti pendahulu-pendahulunya di tanah Hindi sana seperti Fero dan Star, Apache memang berbeda. Fitur dan teknologi yang diusungnya dapat disetarakan dengan Bajaj Pulsar. Dari pengamatan ane sendiri Apache lebih superior dalam hal kualitas cat, finishing pengelasan dan detailing. Perbandingan Apache dengan Pulsar dapat dibaca di artikel ini.
RECENT COMMENTS