Judul di atas adalah sesuatu yang harus disadari oleh warga Jakarta, karena sudah hampir beberapa bulan terakhir terkuak bahwa pembangunan Jakarta Monorail, sebuah proyek transportasi massal (mass rapid transportation) dihentikan, ironisnya hingga kini pembangunan jalan layang non-tol (elevated road) di ruas Jalan Antasari dan Jalan Casablanca terus berlanjut.
Sebagai “peredam” isu ini,
di media massa beberapa waktu lalu diberitakan bahwa kolom-kolom beton yang tadinya digunakan untuk Monorail akan diteruskan dan digunakan untuk jalur busway-layang. Lagi-lagi sebuah kegagalan proyek harus ditutupi dengan wacana yang belum tentu layak diimplementasikan.
Lepas dari permasalahan pendanaan proyek Jakarta Monorail yang dihentikan oleh investor asing, skenario besar semakin jelas terbaca bahwa Pemerintah Daerah lebih berpihak kepada penggunaan kendaraan pribadi bagi warga Jakarta ketimbang menyediakan transportasi publik sebagai transportasi harian.
Alangkah malangnya warga Ibukota Indonesia ini, di saat yang sama warga negara Singapura sudah dapat duduk nyaman dan cepat sampai tujuan berkat transportasi publik terintegrasi, sementara warga Jakarta harus dipaksa bersusah payah membeli kendaraan pribadi, baik itu roda dua maupun roda empat.
Kebijakan pelayanan transportasi publik seolah diacuhkan, kalah gaungnya dengan berbagai promosi industri kendaraan bermotor. Padahal dana yang digunakan warga Jakarta untuk uang muka dan cicilan kendaraan bermotor seharusnya dapat digunakan untuk berinvestasi, katakanlah emas, reksadana dan sebagainya. Bukan untuk kendaraan yang nilainya terus terdepresiasi.
Warga Jakarta pun menjadi lebih parah dari keledai, setiap hari harus terjerumus ke dalam lembah kemacetan. Mereka harus rela melupakan kenyamanan bertransportasi dan harus mau menerima fakta kegagalan Pemerintah dalam menyediakan transportasi publik yang aman, nyaman, tepat waktu dan terjangkau secara akses dan finansial.
Di tahun 2011 ini, masih saja ditemukan awak kendaraan umum bergelantungan, sopir angkutan umum yang ugal-ugalan, kabin bis kota yang kotor tak terawat, terminal rawan kejahatan dan penuh pedagang kaki lima, armada angkutan umum yang bisa dibilang busuk dan berasap tebal.
Beberapa warga Jakarta yang cerdas membaca situasi sudah pasti geram melihat kenyataan ini, namun kemana dan bagaimana harus mengadu? Bagaimana nasib warga Jakarta lainnya yang harus menerima layanan transportasi kota yang buruk? Haruskah mereka mencari solusi beli kendaraan pribadi dan bersiap menerima resiko kecelakaan lalu-lintas?
Yeah!
Pindah aja ke kampung kalo ga bisa terima kenyataan kalo JAKARTA kaya gitu.
protes mulu, banyak bacot.
naah..inilah salah satu warga jakarta yang pasrah…hehehe
Disinyalir yang komentar adalah antek pemerintah yang korup… GO TO HELL!
disinyalir yg komentar adalah orang tidak berpendidikan yang menjadi oknum pegawai negri yg mengkorupkan dana monorail
Ini layak diprotes bro karna emang itu pejabat pemerintahan kita tidak punya kepedulian pada pelayanan publik kok.
Hidup dibikin susah mah pemerintah sendiri kok rela… 🙂
gw yakin nih orang gak pernah cekolah!… bloon banget komennya
hukum harus benar2 diterapkan, meskipun kendaraan banyak tetapi kalau rapi dan teratur sepertinya lebih baik…
nitip lagi ben info menarik nih : http://morukai.blogspot.com/2011/10/pabrik-perakitan-ktm-duke-125-di.html
Hehehe @RdP. ga baik terlalu pasrah…. Udah siap hidup di Kampung….? Yang angkot aja jarang ?(selain P Jawa) ane yakin pasti ngga, memang ga pernah macet, tapi transportasi mahal bro…
diluar pulau jawa juga macet bos….
saya kasih gambaran di pekanbaru macetnya ebih gila dari jogja………
Nice artikel gan….
foke cuma kegedean kumis doank… Jakarta guilani pol2an dlm sgla bidang…
Kasihan,,salah satu kota perusak bumi(asap kendaraan,freon ac,rumah kaca dll)
Semoga yg rusak jakarja saja,jangan bawa2 kota ku
oiya secara tidak langsung… kita disuruh beli dan beli dan beli kendaraan pribadi…. paling miris sekarang lihat pekarangan sekolah di jkt yg berjejal dengan sepeda motor…. padahal 10 tahun yang lalu…hhmmm… rakyat teriak butuh transportasi aman nyaman murah dan tepat waktu…. sopir angkot pun teriak minta penyesuaian harga tarif, sepinya penumpang karna banyak beralih ke sepeda motor, dan subsidi spareparts belum lagi banyaknya pungli. akhirnya semua saling menyalahkan… dan jelas kota jakarta ini salah urus oleh orang tak becus…
Terima aja….tak perlu ngotot&ngoyo, daripada pusing2 .
sebagai gambaran sarana transportasi yang dikelola pemerintah : damri dan trans jakarta. bagaimanakah perkembangannya? dr segi pelayanan dan sarana, apakah masih bagus? dan apakah ada keuntungan?
sebenrnya banyak bgt yg harus di gali om ben…..pertama…sebernya beberapa tahun keadaan jakarta seperti ini baik kemacetan dan segala tetek benget, apa sich yg jadi pekerjaan para goverment kita……..
wtf deh….
trus kenapa sampe berenti tuch dana investor…( dari jepang juga gak sich)…..ada isu hubungan denga produsen atpm kah?……
Wtf benny beiber?… Gue kan ahlinye jakarte!!!…
(Foke you langsung ngamuk abis baca blog benny beiber… :mrgreen:)
itulah tipikal orang indonesia… yang, IMHO, pintar untuk membuat (ato ngrusak?) tapi ndak cerdas untuk merawat.
termasuk saya nih 🙂
alasan kurang SDM lah… kurang sarana lah… lah apa iya dari awal memang tidak dipikirkan? ato memang terpikirkan dan terkonsep sebatas di perhitungan RAB? tapi aktualisasinya nol persen.
Betul, mo ngadu ke siapa? Siapa yang bisa dengerin pendapat rakyat jelata sekarang ini?
hmmm…kena sorot KPK gak ya persoalan DANA nya…dan kenapa di hentikan…kali2 aja terlalu bnyak pungutan liar ny…ahahahay…
yang jelas lebih kapitalis dr negara yang nyata2 menyatakan dirinya negara kapitalis, pemerintah lebih berpihak pada pemilik modal dibanding rakyatnya..
nitip mas ben
jaakrta horor 😛
tau begini mendingan dijajah aja dulu sm bangsa asing
Membenahi dan mengupgrade moda transportasi masal lebih realistis daripada menambah dan melebarkan ruas jalan… Sedangkan kebijakan membatasi jumlah kendaraan bermotor adalah ide yg dangkal, hanya berorientasi jangka pendek, dan mencerminkan ketololan pemerintah…
Agree with this comment. #TransportasiMassal
pindah aja djakarta 😀
http://setia1heri.wordpress.com/2011/10/10/terima-kasih-b…s-kunjungannya/
jogja juga dah mule macet sekarang -__- angkutan umum di desa masih kurang.ngampus kudu pakek motor dah.mayan 23an km
cape ah
http://extraordinaryperson.wordpress.com/
Kalo ngga korupsi bukan Indonesia namanya… Wkwkwkwkwk…
artikel menarik. Kira2 langkah strategis apa ya bang buat mengurai benang kusut transportasi di jkt?
miris dah keadaannya..
ijin share gan. ^_^
sape suruh dateng ke jakarte…!!!
pak kumis : “gimana? masih betah di jakarta?”
saya : “makasih ya pak, udah maksa saya tiap hari macet2an, lumayan lah buang keringet.”
setuju dengan black_coffe…
artikel ini isinya keluhan, mana ide solusi dari om ben? paling tidak saran om ben untuk warga jakarta yang setiap hari harus bergelut dengan kondisi seperti ini
yg komen paling atas gaya bicara nya mirip gubernur jakarta yg berkumis…:D
Solusi terbaik yg bisa beliau berikan hanya JANGAN DATANG KE JAKARTA !
artikel hot…hot…hot…
Tau ga knapa pemprov dki trus kayak gitu mas? Karena gubernur dan antek2nya ga pernah kena macet. Vooriders (bener ga sih tulisannya) selalu pasang badan di depan utk buka jln. Ga minggir tabrak. N yg salah kita lagi. Cb deh sesekali mereka ke kantor tanpa pengawalan ato sesekali naek angkot yg busuk bin reyot itu ke kantor mereka yg megah. Suruh rasain sesekali gmb rasanya kejebak di lalu lintas yg 30mnt stuck ga bs gerak se-cm-pun. MUNGKIN ( masih mungkin ya) mereka akan berpikir ulang utk kebijakan yg mereka buat. Hmmmm..
—
http://www.dk8000.co.nr
om Ben, saya juga sudah kecewa dengan pembatalan proyek monorail. saya rasa kita sudah tidak bisa mengharapkan pemerintah lagi untuk transportasi massal. jujur saja sebagai warga Jakarta saya juga capek dengan yg namanya macet. waktu yg harusnya bisa dipakai dengan produktif terbuang percuma untuk menunggu di jalan. Saya hanya berharap sekarang semoga banyak pihak swasta yg mau mengusahakan transportasi massal berbasis rel, toh UU nya juga sudah ada, terutama yg saya harap dari para pengusaha pengembang property. Karena jika ada transportasi massal berbasis rel, keuntungan dari operator memang tidak terlalu besar, tapi efeknya akan besar untuk masing2 perusahaan, contoh:
1. Karyawan bisa masuk dengan semangat lebih dan produktivitas meningkat, karena tidak terlalu lelah di jalan.
2. Untuk bos2 nya juga lebih nyaman karena dengan berkurangnya macet, peluang untuk menggaet klien 2x lebih banyak daripada sekarang yg macetnya merampok 2 jam lebih pulang pergi ke tempat klien.
3. Jika manajemen operasional dari transportasi massal ini berjalan dengan baik, contoh keretanya bersih, nyaman, tepat waktu, tidak ada yg makan/minum/merokok di dalam kereta/stasiun, saya yakin orang akan ramai2 beralih ke sini dan balik modalnya menjadi lebih cepat.
4. Terkahir jika para pengusaha property mau mengadopsi ide transportasi massal ini dan mau membangun stasiun untuk sarana ini, proyek mereka akan lebih cepat laku dan laris dibanding mereka hanya membangun jalan tol yg ujung2nya setelah 3 bulan di pakai jadi macet juga.
kayaknya ga dapet bagian tuh para pegawai pemerintahnya.. makanya pada tebengkalai.
lagian gedean uang dari perusahaan otomotif. jadi ya mending kendaraan pribadi dibanyakin.
itu aja.
makasih udh menambah wawasan