[Komparasi 250-250cc] Riding Impression Honda CBR250R..Ternyata..

bro Ade "Hansip" mejeng dulu

Inilah artikel penutup ane seputar uji akselerasi beberapa motor yang dilakukan di MKT minggu lalu. Kali ini ane ingin berbagi kesan menguji coba Honda CBR250R non ABS. Motor bercorak silver-merah itu adalah milik bro Adrian “yoyon” yang baru berusia 5xx kilometer. Tentunya akan sangat terasa perbedaannya dibandingkan sesama motor 250cc yang ane kendarai tiap hari.

Ketika ane mendaratkan diri di jok, posisi kaki lebih jinjit, meskipun ane masih bisa menapak, barangkali seat height CBR lebih tinggi yah. Posisi lengan juga lebih tegak dibandingkan Ninja 250, namun bentangannya lebih kecil dari Ninja yang lebih “mbaplang”.

Ketika kunci dinyalakan, terdengar suara pompa injeksi berdesing..zuiiing..mirip dengan Vixion, sementara speedometer berpendar biru dan jarumnya berputar untuk self check.

Ane lalu mencoba memiringkan motor untuk merasakan beratnya dan…wow..sangat..sangat lebih ringan dibandingkan Ninja 250 yang berat itu. Ketika ane melongok ke area di bawah spedometer, rasanya lebih “kopong” dibanding Ninja 250. Build quality materialnya menurut bro Yoyon masih di bawah Ninja 250. Ini ia buktikan ketika mengetuk fairing CBR. Menurutnya material fairing CBR lebih getas dari Ninja 250.

dashboard CBR 250

Tombol start engine diputar dan suara mesin terdengar…hmmm..kok mirip suara mesin Yamaha Vixion ya..? Ketika throttle diputar raungan mesin terdengar seperti suara mesin satu silinder pada umumnya..hanya saja pada saat langsam terasa sekali tendangan khas mesin berkompresi tinggi yang lebih dug..dug..dug..

Hal yang sangat menggangu ane rasakan ketika menaikkan dan menurunkan standar samping aka side stand. Rasanya posisi standar samping terlalu ke depan deh. Ah.. tapi ini kan subjektif..mungkin karena ane terbiasa dengan habit di motor lain.

Motor pun ane masukkan ke gear-1. Ane berjalan pelan menyusuri jalan akses kantin MKT sekaligus membiasakan diri akan feel CBR ini. Lebar tangki lebih bersahabat bagi mereka yang bertubuh pendek karena tidak terlalu ngangkang..namun bagi ane..ini jelas terlalu kecil.. motor ini ringan sangaat dibanding Ninja 250, menggoyangkannya ke kiri kanan untuk sekedar swerving tidak memerlukan tenaga besar..akibatnya ane hampir oleng ketika mencoba swerving namun menggunakan tenaga kelewat besar..

Naah..mulai deeh betot gas. Di sini review dari website luar ane buktikan bahwa akselerasi CBR 250 memang mantab..sudah diulas detail kan dalam bentuk grafik..? RPM 1300 menuju 6000 dikail dengan sangat cepaat..tak terasa sudah saatnya ane putar balik di #2 untuk mencoba akselerasi yang lebih panjang..

Weleeh…mantab bener akselerasinya..kalau ane tidak nunduk mungkin badan bisa wheelie yah..namunnn.. sayang sekali kenikmatan inersia itu hanya berlangsung singkat..ketika gear-3 berpindah ke-4 rasanya motor sudah kehabisan tenaga dan akselerasi sepertinya tidak dapat diharapkan lagi. Penyebabnya tak lain RPM limit yang sudah bergetar gak karuan di range 10-11 ribu. Waaah..rasanya seperti ejakulasi dini..padahal lagi nikmat-nikmatnya merasakan inersia.

Getaran mesin di sini sangat terasa. Ane melihat bayangan di spion menjadi sangat blur, font speedometer pun terasa terlalu kecil untuk dibaca, sehingga ane tidak jelas melihat berapa sebenarnya kecepatan ane. begitu juga terdengar getaran body plasik beradu dari wilayah dashboard. Ada apakah..? Sementara itu cuaca yang sedikit berangin turut membuat ane sadar bahwa motor ini tidak terlalu stabil jika menghadapi angin kencang. Lagi lagi terlihat bedanya dengan Ninja 250 yang getarannya lebih halus pada RPM yang sama.

Memutari hotel Ritz Carlton berarti saatnya mencoba cornering..karena begitu ringan..ane berasa bagai Son Goku yang baru tiba di bumi sehabis latihan di planet asalnya..semua terasa begitu ringan.. cornering  dan swerving dapat dilakukan dengan mudah..hanya saja..ane masih belum percaya dengan ban IRC RX-01 bawaannya..jadi..gak perlu terlalu rebah..

Masuk kembali ke MKT, memarkirkan motor menjadi soal mudah. Ane bisa geser-geser dengan enteng dan tak perlu keluar banyak tenaga untuk mengatur posisi parkir motor. Disinyalir tukang parkir turut senang karena bisa menggeser motor dengan mudah.

***

Naah..kekurangan CBR 250 terlihat jelas ketika bro Aru ingin menjajal motor tersebut..dengan posisi mesin sudah menyala, ia masuk gear-1 dengan kaki masih menapak. Akibatnya kaki bro Aru hampir saja “konslet” dengan standar samping.

Waduuh..ini dia major flaw CBR250..untuk motor 250 cc berharga 39 juta dan 46 juta (ABS), seharusnya fitur safety yang akan mematikan mesin jika masuk gear ketika standar belum naik disematkan. Dengan posisi standar samping seperti itu, kaki pengendara akan mudah sekali terluka tergores side stand..apalagi kalau sampai motor berjalan dan berbelok..wuihh…serem..

Pada Ninja 250, fitur keamanannya akan otomatis mematikan mesin jika pengendara masuk ke gear-1 namun side stand masih belum naik. Demikian halnya pada Bajaj Pulsar. Lampu merah akan menyala pada speedometer jika side stand lupa dinaikkan.

Semoga fitur keamanan side stand ini menjadi perhatian Honda. Dengan harga kelas premium seharusnya konsumen juga mendapatkan fitur safety premium juga dong. Kecuali ya..AHM mau membayar sekian ribu orang karyawan untuk mengawasi para rider CBR yang lupa menaikkan side stand lantas berteriak..”Broooo…standarrrr broooo…”

Kalo ane yang diteriakin begitu yaa..tinggal balas…”muke lu standar…motor modip neeeh…!!”

###

nb: foto diperagakan “stuntman”  bro Ade Hansip dan ane sengaja tidak menampilkan foto ane di atas CBR 250 karena selain lupa foto..juga…disinyalir ane akan terlihat “tidak proporsional” di atas motor ini.